Kamis, 12 November 2015

makalah penyuntingan bahasa indonesia

KATA PENGANTAR

            Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan alam semesta beserta isinya. Alhamdulilah kami ucapkan atas limpahan rahmat serta karunianya sehingga makalah yang berjudul “MENYUNTING NASKAH” dapat terselasaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

            Kami sangat berharap agar makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang menyunting naskah. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yng telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini sehingga selesai tepat pada waktunya.

            Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini jauh dari sempurna. Kami berharap adanya keritikan dan saran yang membangun dari pembaca  demi kesempurnaan makalh ini.




Malang, 7 November 2015




Penyusun                                                      








BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Penyuntingan telah ada dalam dunia penerbitan buku di Indonesia sejak 1890 (dikerjakan oleh orang non pribumi, yaitu oleh orang Belanda dan Tionghoa). Pendidikan Editing/penyuntingan di Indonesia, setingkat D3 baru dimulai tahun 80 an yaitu, program studi editing D3 di Universitas Pajajaran, Bandung dan Program Studi penerbitan D3 di Politeknik Negeri Jakarta,  dimulai tahun 1990 awal berdirinya Poltek jurusan ini (dahulu bernama Politeknik Universitas Indonesia).
Dengan demikian, editor-editor yang sampai saat ini menggeluti dunia penerbitan buku nasional, mungkin berbekal pengalaman dan autodidak, karena memang belum memasyarakatnya pendidikan tinggi editing (terutama sampai jenjang S1, S2, bahkan S3). Bekerja menjadi Editor, mungkin tidak dicita-citakan atau direncanakan sebelumnya, selain itu profesi editor juga belum mendapatkan perhatian dari pihak penerbit buku.
Fungsi seorang penyunting tidak berhenti pada perbaikan ejaan dan tata kalimat, tapi juga berperan untuk memastikan apakah ide penulis sampai ke pembaca secara utuh, tidak kurang tidak lebih. Dan benar, dalam arti bersesuaian dengan fakta.

B. Rumusan Masalah
1.       Apa yang dimaksud dengan penyuntingan (editing)?
2.      Syarat apa saja yang harus dimiliki untuk menjadi seorang penyunting?
3.      Mengapa Sebelum Menyunting Karangan Perlu dilakukan Evaluasi?
4.      Bagaimana Hakikat, Strategi, dan Langkah-Langkah Menyunting?

C. Tujuan Penulisan
1.      Menambah pemahaman pembaca tentang penyuntingan
2.      Menginformasikan pentingnya penyuntingan terhadap karya tulis
3.       Mengetahui fakta, strategi, dan langkah-langkah mengedit



BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Penyuntingan
Menurut KBBI (2007:1106) definisi penyuntingan adalah proses, cara, perbuatan menyunting atau sunting-menyunting. Sedangkan definisi menyunting adalah  (1) menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat). (2) merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah). (3)   menyusun atau merakit (film, pita rekaman) dengan cara memotong-motong dan memasang kembali.
Penyuntingan (editing) pada dasarnya merupakan kegiatan untunk memperbaiki tulisan atau karangan agar karangan yang disusun mejadi lebih baik. Kegiatan penyuntingan ini dilakukan setelah kegiatan penulisan selesai. Kegiatan penyuntingan penting sekali dalam kegiatan tulis-menulis khusunya untuk meningkatkan mutu tulisan.

B.    Ketentuan Penyuntingan Naskah
Untuk menjadi penyunting naskah ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh seseorang. Persyaratan itu meliputi penguasaan ejaan bahasa Indonesia, penguasaan tata bahasa Indonesia, ketelitian dan kesabaran, kemampuan menulis, keluwesan, penguasaan salah satu bidang keilmuan, pengetahuan yang luas dan kepekaan bahasa.
1.       Menguasai ejaan
Harus paham benar ejaan bahasa Indonesia yang baku saat ini. Penggunaan huruf kecil dan huruf kapital, pemenggalan kata, dan penggunaan tanda-tanda baca (titik, koma, dan lain-lain) harus dipahami benar. Bagaimana bisa memperbaiki naskah orang lain jika tidak memahami seluk beluk ejaan bahasa Indonesia.
2.       Menguasai tatabahasa
Seorang editor harus menguasai bahasa Indonesia dalam arti luas, tahu kalimat yang baik dan benar, kalimat yang salah dan tidak benar, kata-kata yang baku, bentuk-bentuk yang salah kaprah, pilihan kata yang pas, dan sebagainya.


3.       Bersahabat dengan kamus
Seseorang yang malas membuka kamus sebetulnya tidak cocok menjadi penyunting naskah karena ahli bahasa sekalipun tidak mungkin menguasai semua kata ag ada dalam satu bahasa tertentu, apalagi kalau berbicara mengenai bahasa asing.
4.      Memiliki kepekaan bahasa
Peyunting naskah harus tahu mana kalimat yang kasar dan kalimat yang halus; harus tahu mana kata yang perlu dihindari dan maa kata yang sebaiknya dipakai, harus tahu kapan kalimat atau kata tertentu digunakan atau dihindari. Untuk itu seorang penyunting naskah peru mengikuti tulisan-tulisan pakar bahasa atau kolom bahasa yang ada di sejumlah media cetak.
5.      Memiliki pengetahuan luas
Harus banyak membaca buku, majalah, koran, dan menyerap informasi dari media audiovisual agar tidak ketinggalan informasi.
6.      Memiliki ketelitian dan kesabaran
Dalam kondisi apapun, ketika menjalankan tugasnya seorang editor harus tetap teliti menyunting setiap kalimat, setiap kata, dan setiap istilah yang digunakan penulis naskah. Ia juga harus sabar menghadapi setiap naskah, karena proses editing itu memakan proses yang berulang-ulang.
7.      Memiliki kepekaan terhadap SARA dan Pornografi
Penyunting naskah harus tahu kalimat yang layak cetak, kalimat yang perlu diubah konstruksinya, dan kata yang perlu diganti dengan kata lain. Dalam hal ini seorang penyunting harus peka terhadap hal-hal yang berbau suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
8.      Memiliki keluwesan
Sikap luwes dan supel harus dimiliki seorang penyunting naskah karena akan sering berhubungan dengan orang lain. Penyunting harus bersedia mendengarkan berbagai pertanyaan, saran, dan keluhan. Dengan kata lain, seorang yang kaku tidaklah cocok menjadi penyunting naskah.
9.      Memiliki kemampuan menulis
Hal ini perlu dimiliki seorang penyunting naskah karena kalau tidak tahu menulis kalimat yang benar tentu kita pun akan sulit membetulkan atau memperbaiki kalimat orang lain.

10.  Menguasai bidang tertentu
Ada baiknya jika seorang penyunting naskah menguasai salah satu bidang keilmuan tertentu karena akan sangat membantu dalam tugasnya sehari-hari.

11.   Menguasai bahasa asing
Dalam tugasnya, seorang penyunting naskah akan berhadapan dengan istilah-istilah yang berasal dari bahasa Inggris. Minimal, seorang penyunting naskah dapat menguasai bahasa Inggris secara pasif. Artinya dapat membaca dan memahami teks bahasa Inggris.
12.  Memahami kode etik penyuntingan naskah
Berikut beberapa kode etik penyuntingan naskah yang ada dalam buku ini.
a.       Editor wajib mencari informasi mengenai penulis naskah.
b.      Editor bukanlah penulis naskah.
c.       Wajib menghormati gaya penulis naskah.
d.      Wajib merahasiakan informasi yang terdapat dalam naskah yang disuntingnya.
e.       Wajib mengonsultasikan hal-hal yang mungkin akan diubahnya dalam naskah.
f.        Tidak bisa menghilangkan naskah yang akan, sedang, atau telah ditulisnya.

C.      Evaluasi Naskah
Sebelum menyunting karangan, seorang yang melakukan penyuntingan harus melakukan evalluasi terhadap karangan. Evaluasi dilakukan untuk menetapkan atau memutuskan bagian naskah yang perlu (1) dihilangkan, (2) ditambah, (3) diganti, (4) diubah, dan (5) diatur kembali.
            Secara umum, hasil menyunting sangat ditentukan oleh ketajaman dalam mengadakan penilaian terhadap naskah. Oleh sebab itu, penulis perlu memiliki kemampuan untuk melakukan penilaian, baik pada tulisannya maupun pada tulisan orang lain.
            Ada beberapa aspek tulisan yang perlu dievaluasi antara lain :
1.      Aspek bahasa yang digunakan dalam naskah antara lain:
a)      Diksi (pemilihan kata)
b)      tata bentukan kata (kata-kata yang menyalahi aturan tata kata)
c)      Tata istilah (perangkat peraturan pembentukan istilah dan kumpulan istilah yang dihasilkannya)
d)       Penggunaan tanda baca
e)      Penggunaan huruf
f)       Efektivitas kalimat yang digunakan
2.      Aspek organisasi naskah yang meliputi    :
a.       Penataan ide
b.       Keutuhan
c.        Kesempurnaan
d.       Kelengkapan ide
e.       Kebaruan pengungkapan ide
f.        Koherensi dan kohesi
g.      Daya penulisan
3.   Aspek isi yang perlu dievaluasi
a.        Catatan Notes ide
b.      Kesesuaian ide dengan tujuan,pembaca sasaran, dan media yang digunakan
c.        ketepatan atau validitas ide
d.      Kesesuaian bentuk-bentuk visual (misalnya grafik, gambar, dan bagan) yang    digunakan
e.       Ketepatan, kecukupan, ketelitihan, kepentingan ide penjelas
f.         Keluasan, kedalaman, dan kebermanfaatan ide yang dikemukakan

D.     Hakikat Menyunting
Menyunting karangan dapat diartikan sebagai usaha untuk mengubah pikiran yang telah tertuang dalam kertas. Pengubahan pikiran itu dilakukan berdasarkan pertimbangan atau pandangan penulis saat itu. Perubahan yang dilakukan dapat bersifat menyeluruh dan bersifat sebagian. Perubahan itu dilakukan dengan memikirkan kembali dan menata kembali bagian-bagian tulisan.
Kegiatan penyunting pada umumnya adalah mengevaluasi tulisan, kemudian diikuti dengan pengubahan-pengubahan bagian tulisan. Namun, perlu diingat bahwa menggunakan tenaga penyunting berarti menimbulkan ketergantungan pada orang lain. Hendaknya, para penulis tidak tergantung pada orang lain. Orang yang mengetahui seluk beluk tulisan itu adalah penulis. Oleh sebab itu, penulislah yang sebaiknya menyunting tulisannya. Penyuntingan yang dilakukan oleh orang lain sering tidak sesuai dengan harapan penulisnya, khususnya untuk tulisan fiksi. Suasana tulisan sering dapat rusak apabila penyunting tidak memahami suasana batin penulis ketika menuangkan pikirannya dalam tulisannnya tersebut.

E.     Strategi Menyunting
Ada empat cara dalam menyunting naskah.
1.      Revisi yang dilakukan dengan menghilangkan bagian-bagian karangan yang tidak perlu atau perlu.
2.      Revisi yang dilakukan dengan menambah bagian-bagian karangan yang dirasakan kurang memadai.
3.      Mengganti bagian karangan yang dinilai kurang baik.
4.      Mengatur kembali bagian-bagian karangan yang perlu diatur lagi.
Cara-cara itu dapat menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada tulisan kasar.
Beberapa penulis pada waktu penyuntingan didahului dengan membaca selintas tulisannya, kemudian memberi tanda-tanda pada bagian yang terasa tidak memuaskan. Dengan demikian, dapat dismpulkan bahwa menyunting merupakan bagian dari kiat menulis dan setiap penulis mempunyai kiat yang berbeda-beda.
Para penulis profesional biasanya melakukan penyuntingan dengan terencana, mereka menyunting dengan dilakukan secara bertahap dan berulang-ulang. Biasanya, mereka menyunting dengan menggunakan empat tahap. Tiap-tiap tahap itu dibicarakan dibagian setelah pembahasan ini berakhir. Selanjutnya, banyaknya pengulangan tergantung pada pertimbangan yang digunakan penulis.
Selanjutnya, cara yang digunakan menyunting sangat bergantung pada penilaian terhadap karangan. Seorang penulis hendaknya memilih strategi penyuntingan sesuai dengan hasil penetapan dalam penilaian karangan. Akan tetapi, banyak sekali dijumpai perbedaan cara dalam melakukan penyuntingan. Secara umum, penghilangan dilakukan apabila dalam karangan ada bagian yang tidak penting dan tidak mempunyai manfaat dalam membangun karangan. Selanjutnya, menambah dilakukan apabila paragraf tersebut masih terasa kurang sempurna sehingga perlu mendapat penambahan. Penambahan hendaknya tetap berdasarkan ide yang telah dinyatakan. Sedangkan, penggantian dilakukan apabila, paragaraf yang disunting mengandung unsur-unsur yang sesuai dengan yang diharapkan.




F.     LANGKAH-LANGKAH MENYUNTING
Tahap dalam menyunting karangan ada lima langkah. Langkah-langkah itu diuraikan sebagai berikut:
1.      Menyunting isi
Hal ini dilakukan karena isi itu menentukan bahasa yang digunakan dalam karangan. Secara umum menyunting isi ditujukan pada ide pokok dan penjelas.
2.      Menyunting organisasi
Kegiataan penyuntingan pada langkah ini untuk mengatur kembali ide agar membentuk paragraf yang baik.
3.      Menyunting unsur bahasa
Kegiatan penyuntingan ini dilakukan pada naskah yang telah disunting pada tahap pertama dan kedua.
4.      Pengecekan akhir
Setelah aspek isi, organisasi, dan kebahasaan disunting, penulis hendaknya memeriksa kembali aspek itu untuk menemukan kemungkinan kekurangan atau kesalahan. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang telah disunting sebelumnya.
5.      Penulisan akhir
Penulisan akhir pada dasarnya mengetik ulang hasil pengecekan akhir dengan mempertimbangkan berbagai persyaratan yang dituntut, misalnya ukuran kertas, spasi, bentuk huruf.













BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
                  Menyunting pada prinsipnya adalah proses memperbaiki naskah yang telah ditulis. Proses itu didahului dengan kegiatan penilaian terhadap komponen karangan yang meliputi isi, organisasi, dan bahasa. Dalam menyunting, ada empat strategi yang dilakukan. Pertama, revisi yang dilakukan dengan menghilangkan bagian-bagian karangan yang tidak penting. Kedua, revisi yang dilakukan dengan menambah bagian-bagian karangan yang dirasakan kurang memadai. Ketiga, mngganti bagian karangan yang dinilai kurang baik. Keempat, mengatur kembali bagian-bagian karangan yang perlu diatur lagi.






















DAFTAR PUSTAKA

Rani, Abdul. dan Martutik. 2013. Menulis Dasar dan Berbasis Tugas.Malang.: Surya Pena Gemilang

http://abasawatawalla01.blogspot.co.id/2012/12/penyuntingan-naskah.html

2 komentar:

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com